Menerapkan teknologi drone di perusahaan pertanian berskala besar tidak harus rumit. Banyak perusahaan perkebunan—mulai dari kelapa sawit hingga hortikultura—sudah beralih ke drone karena efisiensinya yang terbukti dalam penyemprotan, pemupukan, hingga monitoring lahan.
Jika perusahaan Anda ingin mengikuti langkah tersebut, berikut adalah 5 langkah praktis dan teruji untuk memulai transformasi digital menggunakan drone.
1. Lakukan Analisis Kebutuhan Lapangan
Sebelum membeli drone atau bekerja sama dengan penyedia jasa, perusahaan perlu menentukan:
- Luas area yang akan ditangani
- Jenis tanaman (padi, sawit, tebu, hortikultura, dll.)
- Jenis pekerjaan: penyemprotan, pemetaan, atau pemupukan
- Tantangan lapangan: akses sulit, kemiringan, vegetasi padat, risiko keselamatan, dll.
Analisis ini membantu menentukan jenis drone yang paling sesuai, volume pekerjaan, dan estimasi ROI.
2. Tentukan Model Implementasi: Beli Drone atau Gunakan Jasa?
Ada dua opsi umum:
A. Membeli drone untuk operasional internal
Cocok jika:
- Kebutuhan penyemprotan/pemetaan berlangsung setiap hari
- Perusahaan memiliki tim teknis yang bisa dilatih
- Skala lahan sangat besar
<>Kelebihan: jangka panjang lebih hemat.
B. Menggunakan jasa drone profesional
Cocok jika:
- Ingin mulai cepat dan tanpa risiko
- Tidak memiliki tim teknis
- Ingin menghindari biaya maintenance dan training
Kelebihan: tidak perlu investasi awal, langsung bisa digunakan.
3. Latih Operator atau Pilih Penyedia Jasa yang Bersertifikasi
Jika perusahaan memutuskan membeli drone, operator harus:
- Dilatih mengoperasikan drone dengan aman
- Mengerti perawatan dasar
- Bisa membaca data hasil pemetaan
- Paham SOP keselamatan kerja
Jika menggunakan penyedia jasa seperti Pak Jarot, pastikan:
- SOP jelas (ketinggian, kecepatan, volume, overlap, dll.)
- Drone yang digunakan industrial-grade (misal: XAG P100 Pro)
4. Integrasikan Drone ke Workflow Operasional Perusahaan
Teknologi drone akan memberi hasil maksimal jika terintegrasi dengan proses kerja perusahaan:
- Jadwalkan penyemprotan atau mapping secara rutin
- Gunakan data drone untuk keputusan lapangan (pemupukan, perbaikan irigasi, identifikasi hama, dll.)
- Simpan data cloud untuk perbandingan jangka panjang
- Sertakan staf lapangan dalam alur komunikasi
Drone bukan hanya alat—tapi bagian dari sistem.
5. Lakukan Evaluasi ROI Secara Berkala
Setelah drone digunakan:
- Bandingkan biaya penyemprotan drone vs manual
- Hitung penghematan waktu kerja
- Lihat efektivitas coverage & konsistensi semprotan
- Evaluasi penurunan konsumsi pestisida/pupuk
- Analisis dampak terhadap hasil panen
Perusahaan biasanya mulai melihat ROI dalam 1–3 bulan, terutama untuk lahan yang luas dan frekuensi tinggi.
Kesimpulan
Menerapkan teknologi drone tidak harus rumit. Dengan mengikuti 5 langkah di atas, perusahaan dapat beralih ke sistem kerja modern yang lebih cepat, lebih hemat, dan jauh lebih akurat. Drone bukan lagi teknologi masa depan—tetapi alat kerja wajib bagi perusahaan yang ingin meningkatkan efisiensi dan hasil panen.